Selasa, 05 Oktober 2010

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK DAN FENOMENOLOGI SOSIAL

Teori interaksionisme-simbolik dikembangkan oleh kelompok The Chicago School dengan tokoh-tokohnya seperti Goerge H.Mead dan Herbert Blummer. Awal perkembangan interaksionisme simbolik dapat dibagi menjadi dua aliran / mahzab yaitu aliran / mahzab Chicago, yang dipelopori oleh oleh Herbert Blumer, melanjutkan penelitian yang dilakukan George Herbert Mead. Blumer meyakini bahwa studi manusia tidak bisa diselenggarakan di dalam cara yang sama dari ketika studi tentang benda mati. Peneliti perlu mencoba empati dengan pokok materi, masuk pengalaman nya, dan usaha untuk memahami nilai dari tiap orang. Blumer dan pengikut nya menghindarkan kwantitatif dan pendekatan ilmiah dan menekankan riwayat hidup, autobiografi, studi kasus, buku harian, surat, dan nondirective interviews (Wibowo, 2007).
Menurut H. Blumer (1969) teori interaksionisme simbolik berpijak pada premis bahwa:
(1) manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada “sesuatu” itu bagi mereka
(2) makna tersebut berasal atau muncul dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”
(3) makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat “proses interaksi sosial” berlangsung. “Sesuatu” – alih-alih disebut “objek” – ini tidak mempunyai makna yang intriksik. Sebab, makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis.
Bagi H. Blumer, “sesuatu” itu – biasa diistilahkan “realitas sosial” – bisa berupa fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan seseorang baik verbal maupun nonverbal, dan apa saja yang patut “dimaknakan”. Sebagai realitas sosial, hubungan “sesuatu” dan “makna” ini tidak inheren, tetapi volunteristrik. Sebab, kata Blumer sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu aktor melakukan serangkaian kegiatan olah mental: memilih, memeriksa, mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna dalam kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya. Dengan demikian, pemberian makna ini tidak didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari proses olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring dengan fungsi instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan tindakan dan sikap aktor atas sesuatu tersebut. Dari sini jelas bahwa tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan luar” (sebagaimana yang dimaksudkan kaum fungsionalis struktural), tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam” (sebagaimana yang dimaksud oleh kaum reduksionis psikologis) tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut self-indication.
Menurut Blumer proses self-indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut. Dengan demikian, proses self-indication ini terjadi dalam konteks sosial di mana individu mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia memaknakan tindakan itu.
Lebih jauh Blumer dalam buku yang sama di halaman 78 menyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons. Selain menggunakan Interaksionis Simbolik, kasus Sampit bisa didekati dengan metode Hermeneutik. Hermeneutik dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau falsafah yang menginterpretasi makna. Pada dasawarsa ini, Hermeneutik muncul sebagai topik utama dalam falsafah ilmu sosial, seni dan bahasa dan dalam wacana kritikan sastera yang mempamerkan hasil interpretasi teks sastera. Perkataan Hermeneutik berasal dari dua perkataan Greek: hermeneuein, dalam bentuk kata kerja bermakna ”to interpret” dan hermeneia, dalam bentuk kata nama bermakna ”interpretation”. Kaedah ini mengutamakan penginterpretasian teks dalam konteks sosiobudaya dan sejarah dengan mendedahkan makna yang tersirat dalam sesebuah teks atau karya yang diselidiki. Dokumen awal menjelaskan bahawa seorang ahli falsafah, iaitu Martin Heidegger menggunakan kaedah Hermeneutik pada tahun 1889-1976. Walau bagaimanapun, Hermeneutik telah mula dipelopori oleh Schleimarcher dan Dilthey sejak abad ke-17 dan diteruskan oleh Habermas, Gadamer, Heidegger, Ricoeur dan lain-lain pada abad ke-20.
Menurut Mueller (1997), Hermeneutik adalah seni pemahaman dan bukan sebagai bahan yang telahpun difahami. Hermeneutik juga adalah sebahagian daripada seni pemikiran dan berlatarkan falsafah. Oleh itu, untuk melakukan penginterpretasian terhadap ilmu pengetahuan tentang bahasa, maka adalah penting untuk memahami ilmu pengetahuan individu. Tetapi, pada hakikatnya adalah mustahil untuk menganalisis aspek-aspek psikologi seseorang itu. Kejayaan seni penginterpretasian bergantung kepada kepakaran linguistik dan kebolehan memahami subjek yang dikajinya.

• Fenomenologi
Pandangan Husserl tentang “Reduksi Fenomenologis”. Kita pada dasarnya cenderung untuk bersikap natural dalam artian dengan diam-diam percaya akan adanya dunia. Untuk memulai fenomenologi kita seharusnya meninggalkan sifat ini pada dunia real. Reduksi bukan merupakan kesangsian terhadap dunia, melainkan suatu netralisasi, ada tidaknya dunia real tidak memiliki perannya lagi. bagi Husserl reduksi merupakan ada tidaknya dunia real tidak relevan dan persoalan ini dapat disisihkan tanpa merugikan. Dengan mempraktekkan reduksi ini kita akan masuk pada “sikap fenomenologis”. Reduksi ini harus dilakukan menurut Husserl lebih dikarenakan karena Husserl menginginkan fenomenologi menjadi suatu ilmu rigous. Ilmu rigous tidak boleh mengandung keraguan, atau ketidak pastian apapun juga. Ucapan yang dikemukakan pada ilmu rigorous harus bersifat “apodiktis” (tidak mengizinkan keraguan) (Anonim, 2008).
Arti “fenomen” menurut Bertens (1983) merupakan realitas sendiri yang tampak, tidak ada selubung yang memisahkan realitas dari kita., realitas itu sendiri tampak bagi kita. Kesadaran menurut kodratnya mengarah pada realitas. Kesadaran selalu berarti kesadaran akan sesuatu. Kesadaran menurut kodratnya bersifat intensionalitas. (intensionalitas merupakan unsur hakiki kesadaran. Dan justru karena kesadaran ditandai oleh intensionalitas, fenomen harus dimengerti sebagai sesuatu hal yang menampakkan diri. Share

PADANG BULAN DAN CINTA DI DALAM GELAS

Novel ini merupakan lanjutan buku ke-empat Andrea Hirata yang berjudul “Maryamah Karpov”. Dimana pada novel tersebut mak cik Maryamah diceritakan sebagai pemilik warung kopi yang senang mengajari catur orang yang berada di sana. Dalam novel padang bulan, Maryamah memiliki nama kecil yaitu Enong. Enong merupakan anak sulung dari empat bersaudara yang sangat menggemari bahasa Inggris. Ayah Enong sangat menyayangi anaknya. Terbukti dengan Ayahnya yang rela pergi jauh ke Tanjong Pandan hanya untuk membelikan Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata. Enong merasa senang dengan kamus itu dan selalu dia bawa kemanapun pergi.
Beberapa hari kemudian muncul berita bahwa Ayah Enong jatuh tertelungkup dalam timbunan pasir dan meninggal seketika itu juga. Waktu itu Enong yang masih SD sangat terpukul karena baru beberapa hari Ayahnya membelikan kamus bahasa inggris yang sangat disayanginya telah pergi begitu saja. Saat berada di rumahnya, banyak pelayat memperhatikan Enong. Enong jadi bingung dengan keadaan ini karena dia sebagai anak sulung yang menurut orang-orang di sana akan menjadi kepala keluarga dan itu sangat mengganggu pikiran Enong. Masa prokreasi pun terjadi pada diri Enong saat itu . Dalam kutipan tersebut dikatakan:

”Sedangkan Enong, bermalam-malam tak bisa tidur. Ia gamang memikirkan apa yang selalu dikatakan orang tentang anak tertua. Namun, ia bahkan tak sepenuhnya paham makna kata tanggung jawab. Ia takut membayangkan akibat dari kata itu. Apakah ia harus bekerja? Bagaimana ia akan menghidupi keluarga, seorang Ibu, dan tiga orang adik? Apakah harus berhenti sekolah? Ia amat mencintai sekolah. Ia bingung karena masih terlalu kecil untuk dibenturkan dengan perkara seberat itu. Sekarang ia paham mengapa waktu itu banyak pelayat memandanginya.”

(Padang Bulan, Mozaik 4 halaman 25.)
Setelah Enong menerima internalisasi bahwa anak tertua dalam sebuah keluarga suatu saat akan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai kepala keluarga, ia pun mulai mengobyektivasi segala hal yang berkaitan dengan kedudukan kepala keluarga. Ia mulai merencakan untuk mencari nafkah dan putus sekolah agar Ibu dan ketiga adiknya dapat makan. Segala macam pertimbangan dan keputusan Ibunya yang merasa berat atas kerelaan Enong yang notabene masih 14 tahun bekerja demi menghidupi keluarga yang baru saja ditinggal Kepala keluarga tersebut akhirnya memutuskan untuk bekerja.
Di sinilah proses eksternalisasi terjadi dan Enong pun merantau untuk mencari pekerjaan. Selama masa pencarian kerja, Enong berkali-kali ditolak lamarannya. Hal ini disebabkan Enong yang masih dibawah umur dan penampilannya kurang menarik untuk dijadikan pegawai. Dengan bantuan seorang pemilik toko untuk keperluan sembahyang bagi orang Tionghoa, Enong mendapatkan uang untuk kembali ke kampungnya setelah berhari-hari tidak punya uang. Di kampungnya, akhirnya Enong ingin mencoba pekerjaan yang hanya boleh dilakukan oleh kaum pria, yaitu menjadi kuli timah. Dengan tekad yang kuat akhirnya ia pergi untuk mendulang timah di dalam hutan yang jarang didatangi oleh orang. Disitulah orang-orang mulai mengetahui eksistensi seorang perempuan yang untuk pertama kalinya ikut mendulang timah.
Setelah beberapa tahun, ketiga adiknya akhirnya sudah menikah dan tinggal dia dengan Ibunya sendiri di rumah. Sambil bekerja, ia mengikuti kursus bahasa Inggris dua minggu sekali. Dan akhirnya, Enong menjadi lulusan terbaik ke-lima dan bermetamorfosa menjadi Maryamah. Ia bangga dengan hal itu. Hal yang paling diinginkannya selama masih kecil, yaitu pandai berbahasa Inggris.

Maryamah dipinang oleh seorang lelaki temperamen bernama Matarom, yang bisa dikatakan Grand Master nya catur di kampung Maryamah. Inilah masa kreasi, masa ketika Maryamah hidup mandiri dan mempunyai suami. Tetapi sayang, pernikahan mereka cuma sementara karena banyak sekali masalah dalam rumah tangga Maryamah. Akhirnya mereka pun bercerai.
Masa kreasi yang singkat ini membuat Maryamah sadar bahwa hidup harus terus berjalan sekalipun tanpa seorang pendamping. Akhirnya Maryamah berencana untuk menjatuhkan mantan suaminya pada kejuaraan catur yang diadakan setiap 17 Agustus. Masa rekreasi Maryamah pun tiba. Ia ingin kesetaraan gender ditegakkan. Ia ingin membuka sejarah baru bahwa wanita juga bisa melakukan apa yang dilakukan oleh pria, bahkan bisa melampauinya. Semua dimulai dengan nol, ia kursus dengan Ikal dan Detektif kontet M. Nuh. Tak cuma dua orang yang membantu Maryamah. Ninochka Stronovsky, seorang Grand Master asal Georgia, turut membantu Maryamah lewat komunikasi internet. Maryamah menjadi pandai memainkan bidak-bidaknya dan siap untuk mengikuti kejuaraan catur.
Kejuaraan pun berlangsung dengan jumlah peserta mencapai 75 orang. Laki-laki berjumlah 74 dan wanita 1 orang. Banyak pro kontra tentang keikutsertaan Maryamah. Tetapi Maryamah tetap ikut bertanding. Setiap pertandingan, Maryamah selalu mendapat bantuan oleh Ninochka Stronovsky melalui Ikal. Akhirnya, Maryamah berhasil masuk final dan berhadapan dengan mantan suaminya sendiri, Matarom. Melalui tiga babak yang pelik, akhirnya untuk pertama kali Matarom dikalahkan oleh seorang pecatur lainnya, dan yang lebih menakjubkan bahwa wanita lah yang mengalahkan Grand Master tersebut.


Makna dari permainan catur yang Maryamah kuasai ialah bahwa papan catur tersebut telah menjadi jalan hidupnya. Ketika raja nya mati, dalam hal ini Ayahnya, ia menggantikan kedudukannya sebagai raja dalam papan catur. Setiap pola merupakan proteksi yang kuat dari Maryamah sebagaimana Maryamah melindungi Ibu dan adik-adiknya (Ibunya meninggal sebelum Maryamah mengikuti kompetisi) yang sulit ditembus lawan. Ketika ia memiliki tekad untuk mengubah keadaan, maka jalan itu akan ia tempuh dengan sungguh-sungguh dan menjadi prioritas dalam hidupnya. Ia pun dijuluki Maryamah Karpov, nama Karpov diambil dari seorang pecatur Rusia Anatoly Karpov, yang memiliki sistem pertahanan benteng yang sulit diketahui oleh lawan.
Pelajaran yang dapat diambil ialah bahwa kita jangan pernah takut untuk melakukan perubahan. Perubahan tidak harus dilakukan oleh sekian banyak orang. Satu orang pun cukup untuk membentuk perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus memaknai hidup dan mensyukuri apa yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Dan jangan pernah menyerah dalam mencari kebenaran hidup. Share

Senin, 04 Oktober 2010

DUA PERSPEKTIF SOSIOLOGI DALAM MENGKAJI PERILAKU PETANI DALAM MASYARAKAT

Pada dasarnya, perspektif diartikan sebagai cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara pandang ini tentu bisa berbeda-beda dari setiap individu yang menilainya. Sebagai contoh, bisa jadi perspektif seseorang akan beda terhadap orang yang sedang berpacaran. Ada yang mempunyai perspektif kalau pacaran bisa mengganggu proses belajar dan tidak bisa mengembangkan potensi pribadi, karena setiap hari yang diurus hanya berpacaran saja. Dan ada pula orang yang memandang bahwa pacaran sebagai salah satu anugerah, karena dapat dijadikan penyemangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hidup terasa lebih berwarna jika kita dapat saling menyayangi dengan orang yang kita sayangi. Ilustrasi diatas menggambarkan contoh yang sederhana dari pengertian perspektif.
Dalam bidang pertanian, terdapat dua perspektif sosiologi dalam mengkaji perilaku petani didalam sebuah masyarakat. Dua perspektif itu ialah sebagai berikut:
1. Perspektif Mekanistik
Pengertian umum mengenai perspektif ini ialah cara pandang dimana manusia melakukan sesuatu karena struktur sosial yang memang sudah ada sebelumnya. Manusia diatur sebagai pelaku utama oleh tatanan sosial yang kolektivitas. Tidak ada cara lain bagi seorang manusia untuk bisa keluar dari tatanan ini, karena tatanan ini telah ada jauh sebelum masyarakat berkembang dan tak bisa diganggu gugat keberadaannya. Pada masyarakat desa terdapat ikatan solidaritas yang bersifat mekanistik dalam arti bahwa hubungan antar warga seakan telah ada aturan semacam tata krama atau tata tertib yang tidak boleh dilanggar jika tidak ingin mendapat sanksi. Adanya tata tertib tersebut sesungguhnya ingin menjaga suatu comformity di kalangan masyarakat desa itu sendiri.
Saya mengambil contoh kasus perspektif yang bersifat mekanistik dalam masyarakat tani ialah munculnya kebijakan pemerintah pada era 80-an yang bertujuan agar Indonesia menjadi negara yang melakukan swasembada beras. Pada waktu itu secara “paksa” petani diberikan satu macam benih padi, pupuk yang harus digunakan, dan lain sebagainya. Tidak ada kata lain bagi petani itu sendiri selain apa yang diberikan oleh pemerintah. Sebuah pelanggaran berat jika petani menentang kebijakan tersebut. Oleh karena itu, metode ini menuai hasilnya pada tahun 1984, dimana Indonesia berhasil melakukan swasembada beras dan mendapat penghargaan sebagai negara percontohan dalam pengembangan pertanian oleh FAO. Disisi lain, petani merasa tidak nyaman dengan segala keterpaksaan ini dan merasa tidak bisa mengembangkan potensi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, ketika pemerintahan berganti, Indonesia tidak bisa lagi melakukan swasembada beras. Ini wujud dari “kemerdekaan” petani setelah beberapa tahun terkurung dibawah kebijakan pemerintah pada masa itu.

2. Perspektif Humanistik
Merupakan suatu cara pandang melihat manusia sebagai aktor yang memiliki otonomi didalam melakukan tindakan. Manusia dilihat sebagai entitas yang memaknai realitas-realitas didalam kehidupan dan berdasarkan hasil pemaknaan itu manusia melakukan tindakan tertentu/menjalankan perilaku tertentu. Selain itu manusia juga dilihat sebagai pelaku aktif yang memiliki pikiran, akal budi, dan perasaan didalam menginterpretasikan kehidupan.
Dalam kehidupan petani, perspektif ini menggambarkan bagaimana petani menentukan pilihan didalam berbagai keanekaragaman yang ada. Bagaimana petani menentukan sikap atas pilihannya. Petani mengetahui bagaimana mengelola sawahnya sendiri sehingga lebih produktif. Dan bagaimana petani menyikapi dinamika yang terjadi dalam pasar, kebijakan pemerintah daerah, dan lain sebagainya. Misalnya, menentukan harga gabah yang sesuai dengan pasaran. Tidak mahal namun juga tidak terlalu murah. Hal ini penting dilakukan sebagai seorang petani agar ia tidak rugi dalam menjual hasil produksinya dan bisa terus berkembang dan mengikuti persaingan pasar yang ada.
Petani menjadi aktor dalam segala usaha yang dilakukannya tersebut. Ia memiliki pilihan yang baik bagi mereka sendiri sehingga mereka tetap berinovasi terus menerus, petani bisa bersikap meaning full action. Yang berarti petani melakukan sepenuhnya apa-apa yang harus dilakukan dan yang harus dihindari. Tentu orang lain harus bisa menghormati pilihan mereka karena mereka memiliki otoritas atas segala yang mereka pilih dan perjuangkan kedepannya. Share

Selasa, 24 Agustus 2010

HUT MISEKTA 33 Kurang dari Sebulan Lagi !!!

MISEKTA (Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian) sebentar lagi akan merayakan hari jadinya yang ke-33. Organisasi saya dikampus ini memiliki keunikan tersendiri. Banyak keunikan yang tidak bisa saya ungkapkan di sini,hehehehe...

Sesuai tradisi yang berlaku dari zaman batu , para mahasiswa baru jurusan agribisnis akan menjadi pengisi acara di acara ulang tahun nanti. Acara bisa bermacam-macam; menyanyi, baca puisi, parodi, fashion, sari tilawah, dan lain sebagainya yang telah disepakati oleh para steering. Karena mahasiswa baru tidak tahu apa-apa mengenai acara tersebut, maka perlu ada pelatih yang akan membimbing mereka berlatih sesuai acara yang akan diperlukan. Nah, sesuai tradisi yang berlaku lagi, kami angkatan yang setahun lebih tua diwajibkan untuk menjadi panitia dan membimbing adek-adek untuk menyukseskan acara HUT yang insyaAllah dilaksanakn tanggal 17 September 2010 mendatang. 

Perjuangan menjadi panitia HUT nampaknya akan menjadi beban yang agak besar bagi kami. Beban itu diakibatkan berupa dana yang masih minim, tradisi pulkam (dan biasanya ada perpanjangan libur diri sendiri), waktu yang sangat pendek dengan acara inti, dan lain sebagainya. Tapi ini merupakan tantangan bagi kami untuk menjadi panutan yang baik bagi adek-adek 2010. Semoga kami semua bisa berkoordinasi dengan baik. Baik itu dengan mahasiswa baru maupun dengan senior. Koordinasi sangat penting agar tidak ada miskomunikasi yang bisa berakibat tidak efektifnya suatu kegiatan acara.

Supaya teman2 yg lain ikut ngeksis di ini blog..wkwkw . Maka saya cantumkan aje SK panitia nya disini....
Berdasarkan SK No.003/A/KPTS/MISEKTA/Faperta-UH/VIII/2010, berikut susunan panitia nya:
STEERING: Ka Nisar Sahran, Ka Nilon, Ka Bimbim, Ka Ile, and Ka Tya
ORGANIZING Commitee:
                  Ketua: Iccank
                  Sekretaris: Kate
                  Bendahara: Nana
Divisi Acara:
1. Firta (Koord.)
2.Mutia
3.Ade Poetra 
4.Iqhy
5.Iis
6.Athirah
Divisi Perlengkapan:
1.Pangeran Sukho (a.k.a. Rahmat Rahman) as Koord
2.Adam
3.Riefky
4.Fuad
5.Sri
Divisi Konsumsi:
1.Diny (Koord)
2.Uci
3.Fatma
4.Amma
5.Tata
Divisi Dana:
1.Mala (Koord)
2.Irda
3.Dila
4.Rion
5.Ika
Divisi Keamanan:
1.Kadek
2.Rina
3.Abenk
4.Fatma M.
Divisi Pubdekdok:
1.Dina (koord)
2.Ari
3.Ella
4.Teteh
5.Sylvia
Divisi Humas:
1.Rusli (Koord)
2.Aby
3.Dian
4.Andi
5.Mirna
Divisi Transportasi:
1.Furqan (Koord)
2.Amrul
3.Wawan
Oke, Cukup sekian Posting kali ini. Mudah2an saya bisa ngeposting hasil HUT nanti..GOOD LUCK Share

Sabtu, 21 Agustus 2010

BSS 2010...Clear !!!

Akhirnya BSS angkatan 2010 Universitas Hasanuddin selesai !!. Empat hari menempuh masa pengenalan terhadap dunia kampus dan metode yang diberikan oleh sejumlah dosen yang dianggap cukup ahli dalam membawakan materi yang akan diberikan, membuat para mahasiswa baru ini tetap bersemangat untuk memulai kuliah yang dilaksanakan perdana tanggal 23 Agustus mendatang. Secara pribadi saya mengucapkan selamat datang bagi mahasiswa baru Unhas 2010, terutama jurusan agribisnis ..hehehe. Saya sungguh memberikan apresiasi yang tinggi terhadap mahasiswa baru angkatan 2010. Mengapa? Karena jumlah mereka bertambah banyak dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 50an orang, sekarang membengkak menjadi 90an orang. Ini menunjukkan minat yang semakin meningkat dari tahun sebelumnya.
 
BSS atau singkatan dari Basic Study Skill memberikan beberapa cara/konsep/metode kepada mahasiswa baru bagaimana menghadapi ketat nya dunia kampus. Sistem belajar Andragogi (pembelajaran orang dewasa) menjadi salah satu bahan BSS tahun ini. Bahan ini diberikan kepada mahasiswa baru agar tidak lagi berpikiran seperti seorang anak SMA. Pembelajaran ini menunjukkan bahwa pemikiran SMA sudah tidak berlaku lagi di tingkat Universitas. Mahasiswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan sistem kampus yang lebih kompleks ketimbang di SMA. Selain itu, pembelajaran andragogi menuntut untuk seseorang bersikap mandiri tanpa rasa ketergantungan dengan siapapun. Mampu memanajemen diri sehingga tidak akan merepotkan diri sendiri dan orang lain.
Tahun ini saya ditunjuk sebagai pengawas BSS 2010, walaupun tidak 100% menghadiri seluruh rangkaian kegiatan . Asik sekali melihat wajah2 baru yang kebingungan en bertanya kesana kemari mana jadwal kuliah, dimana ruang kuliah, apa yang harus dilakukan selama dikampus, pakai baju apa...haaahhh. Tapi itu hal yang wajar...mana ada maba langsung tau seluk beluk kampus..ya nggak??? . sekali lagi selamat datang untuk mahasiswa baru. Semoga mampu beradaptasi dan berkompetensi dalam mencapai cita-cita...WELCOME TO WORLD CLASS UNIVERSITY !!
 

Share

Minggu, 15 Agustus 2010

Peranan Agribisnis Dalam Pembangunan Pertanian dan Ekonomi

Oleh : Feryanto W. K.

Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi lokal pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Saat ini disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja bertumpu di desa tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana serta prasarana yang tidak saja berada di pedesaan (baca : kota). Struktur perekonomian wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik lingkungan, sosial ekonomi dan kelembagaan

Berangkat dari kondisi tersebut perlu disusun sebuah kerangka dasar pembangunan pertanian yang kokoh dan tangguh, artinya pembangunan yang dilakukan harus didukung oleh segenap komponen secara dinamis, ulet, dan mampu mengoptimalkan sumberdaya, modal, tenaga, serta teknologi sekaligus mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian harus berdasarkan asas ‘keberlanjutan’ yakni, mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomi (Wibowo, 2004).

Konsep pertanian yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan perencanaan wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah tertentu. Konsep perencanaan mempunyai arti penting dalam pembangunan nasional karena perencanaan merupakan suatu proses persiapan secara sistematis dari rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan tertentu. Perencanaan pembangunan yang mencakup siapa dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki agar pelaksanaan pembangunan tersebut dapat berjalan lebih efektif dan efesien.

Perencanaan pembangunan wilayah adalah suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

Untuk memberhasilkan pembangunan ekonomi nasional melalui pengembangan sektor agribisnis, kita perlu menemu-kenali terlebih dahulu kondisi dan tantangan yang dihadapi sektor agribisnis nasional. Dengan menmu-kenali hal-hal tersebut, kita dapat merumuskan strategi untuk menghadapinya dan mempercepat pembangunan sektor agribisnis dari kondisi saat ini menuju kinerja sektor agribisnis yang diharapkan.

Pengembangan sektor agribisnis di masa depan, khususnya menghadapi era globalisasi, akan menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik, perubahan lingkungan ekonomi Interansional, baik karena pengaruh lieberalisasi ekonomi maupun karena perubahan-perubahan fundamental dalam pasar produk agribisnis internasional.

Struktur agribisnis, untuk hampir semua komoditi, dewasa ini masih tersekat-sekat. Struktur agribisnis yang tersekat-sekat ini dicirkan oleh beberapa hal yaitu : Pertama, agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif dan terdiri atas beberapa subsistem, yaitu (a) subsistem pertanian hulu, (b) subsistem budidaya pertanian, (c) subsistem pengolahan hasil pertanian, (d) subsistem pemasaran hasil pertanian, dan (e) subsistem jasa penunjang pertanian. Subsistem kedua, sebagian dari subsistem pertama, dan subsistem ketiga merupakan on-farm agribisnis, sedangkan subsistem lainnya merupakan off-farm agribisnis. Kedua, agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan utuh yang komprehensif, sekaligus sebagai suatu konsep untuk dapat menelaah dan menjawab berbagai permasalahan, tantangan, dan kendala yang dihadapi pembangunan pertanian. Agribisnis juga dapat dijadikan tolok ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta pengembangan terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat.

Dari berbagai definisi dan batasan konsep agribisnis di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting dan harus ada dalam proses pembangunan agribisnis adalah sebagai barikut : (a) agribisnis merupakan suatu sistem, sehingga semua kegiatan yang terdapat dalam sistem tersebut harus saling terkait dan tidak berdiri sendiri, (b) agribisnis merupakan alternatif bagi pengembangan strategi pembangunan ekonomi, dan (c) agribisnis berorientasi pasar dan perolehan nilai tambah dari suatu komoditas.

Setidaknya ada lima alasan mengapa sektor pertanian atau agribisnis menjadi strategis. Pertama, pertanian merupakan sektor yang menyediakan kebutuhan pangan masyarakat. Kedua, merupakan penyedia bahan baku bagi sektor industri (agroindustri). Ketiga, memberikan kontribusi bagi devisa negara melalui komoditas yang diekspor. Keempat, menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja pedesaan. Dan kelima, perlu dipertahankan untuk keseimbangan ekosistem (lingkungan).

Ironisnya, meski pertanian dianggap strategis, tapi kondisi petaninya kian termarginalkan. Menurut Sensus Pertanian 2003, jumlah rumah tangga petani gurem (penggarap kurang dari 0,5 ha) adalah 13,7 juta rumah tangga, meningkat 26,85 persen dibanding tahun 1993 yang jumlahnya 10,8 juta rumah tangga. Persentase rumah tangga petani gurem terhadap rumah tangga pertanian pengguna lahan juga meningkat, dari 52,7 persen (1993) menjadi 56,5 persen (2003).

Petani gurem ini mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan. Dari 16,6persen rakyat Indonesia yang termasuk kelompok miskin, 60persen-nya adalah kalangan petani gurem. Timbul pertanyaan, jika sektor pertanian sangat penting, mengapa petaninya “dibiarkan” tidak berdaya? Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari kebijakan nasional dalam mengembangkan sektor pertanian (politik pertanian).

Selama ini, logika pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi orientasi utama. Konsekuensinya, variabel kelembagaan masyarakat yang bersifat struktural di pedesaan kurang diperhatikan dalam menentukan kebijakan ekonomi pertanian.

Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja terbesar, memperbesar pasar untuk industri, meningkatkan supply uang tabungan dan meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di Indonesia begitu besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu memperkerjakan sebanyak 42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang bekerja secara keseluruhan.

Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja terbesar, memperbesar pasar untuk industri, meningkatkan supply uang tabungan dan meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di Indonesia begitu besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu memperkerjakan sebanyak 42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang bekerja secara keseluruhan.

Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan perekonomian dengan, pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.

Dalam jangka panjang, pengembangan lapangan usaha pertanian difokuskan pada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional, seperti pengembangan agroindustri. Salah satu lapangan usaha pertanian yang berorientasi ekspor dan mampu memberikan nilai tambah adalah sektor perekebunan. Nilai PDB sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Jika diperhatikan dengan baik, peranan sektor pertanian masih dapat ditingkatkan sebagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat tani di Indonesia.Secara empirik, keunggulan dan peranan pertanian/agribisnis tersebut cukup jelas, yang pertama dilihat hádala peranan penting agribisnis (dalam bentuk sumbangan atau pangsa realtif terhadap nilai tambah industri non-migas dan ekspor non-migas), yang cukup tinggi. Penting pula diperhatikan bahwa pangsa impor agribisnis relatif rendah, yang mana ini berarti bahwa agribisnis dari sisi ekonomi dan neraca ekonomi kurang membebani neraca perdagangan dan pembayaran luar negeri. Sehingga dengan demikian sektor agribisnis merupakan sumber cadangan devisa bagi negara. Diharapkan sektor pertanian mampu menjadi sumber pertumbuhan perekonomian status bangsa, terutama negara-negara berkembang yang perekonomiannya masih 60persen bertumpu pada sektor pertanian.

Disisi lain, dilihat ternyata pembangunan agribisnis mampu menunjukkan peningkatan produktivitas di sektor pertanian, hal ini menunjukkan dua hal yakni, bahwa terjadi peningkatan productivitas pada hasil produk pertanian yang diikuti oleh perbaikan koalitas, perbaikan teknologi yang mengikutinya dan peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, seperti yang ditunjukkan pada awal-awal bab ini.

Pada dasarnya tidak perlu diragukan lagi, bahwa pembangunan ekonomi yang berbasiskan lepada sektor pertanian (agribisnis), karena telah memberikan bukti dan dan peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian bangsa, dan tentunya lebih dari itu.

Pembangunan pertanian dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional berarti menjadikan perekonomian daerah sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Sebagai agregasi dari ekonomi daerah, perekonomian nasional yang tangguh hanya mungkin diwujudkan melalui perekonomian yang kokoh. Rapuhnya perekonomian nasional selama ini disatu sisi dan tingginya disparitas ekonomi antar daerah dan golongan disisi lain mencerminkan bahwa perekonomian nasional Indonesia dimasa lalu tidak berakar kuat pada ekonomi daerah.

Pembangunan ekonomi lokal yang berbasis pada pertanian merupakan sebuah proses orientasi, yang meletakkan formasi institusi baru, pengembangan industri alternatif, peningkatan kapasitas pelaku untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar baru, transfer ilmu pengetahuan, dan menstimulasi bangkitnya perusahaan baru serta semangat kewirausahaan.

Diharapkan dalam pembangunan ekonomi lokal, kegiatan pertanian dalam perkembangannya akan berorientasi pada pasar (konsumen) apabila terjadi penyebaran sumberdaya dan faktor produksi yang merata serta adanya biaya transportasi yang relatif murah. Orientasi pasar ini akan menunjukkan bahwa setiap lokasi dapat menghasilkan komoditi pertanian tertentu. Suatu kegiatan pertanian akan lebih dapat berkembang pada lokasi tertentu yang disebabkan oleh adanya kemudahaan bagi konsumen yang berasal dari dalam atau dari luar lokasi untuk datang ke lokasi pemasaran komoditi pertanian tersebut.

Kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di suatu negara tentunya tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor eksternal, apalagi dalam era globalisasi yang di cirikan adanya keterbukaan ekonomi dan perdagangan yang lebih bebas, akan sulit ditemukan adanya kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian yang steril dari pengaruh-pengaruh factor eksternal. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di Indonesia antara lain adalah; (i) kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO, APEC dan AFTA; (ii) kebijaksanaan perdagangan komoditas pertanian di negara-negara mitra perdagangan indonesia; (iii) lembaga-lembaga internasional yang memberikan bantuan kepada Indonesia terutama dalam masa krisis.

Dimasa lalu, ketika orientasi pembangunan pertanian terletak pada peningkatan produksi, yang menjadi motor penggerak sektor agribisnis adalah usahatni. Artinya komoditi yang dihasilkan usahatanilah yang menentukan perkembangan agribisnis hulu dan hilir. Hal ini sesuai pada masa lalu, karena target kita masih bertujuan untuk mencapai tingkat produksi semaksimal mungkin. Selain itu, konsumen juga belum menuntut pada atribut-atribut produk yang lebih rinci dan lengkap.

Dewasa ini dan dimasa yang akan datang, orientasi sektor telah berubah kepada orientasi pasar. Dengan berangsungnya perubahan preferensi konsumen yang semakin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap, maka motor penggerak sektor agribisnis harus berubah dari usaha tani kepada industri pengolahan (agroindustri). Artinya, untuk mengembangkan sektor agribisnis yang mogern dan berdaya saing, agroindustri menjadi penentu kegiatan pada subsistem usahatani dan selanjutnya akan menetukan subsistem agribisnis hulu.

Pembangunan sektor pertanian/agribisnis yang berorientasi pasar menyebabkan strategi pemasaran menjadi sangat penting bahkan pemasaran ini semakin penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahaan. Serta, untuk memampukan sektor agribisnis menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi, serta pembangunan kemampuan sumberdaya manusia (SDM) agribisnis sebagai aktor pengembangan sektor pertanian.

Disamping konsep pembangunan pertanian diatas, khususnya dinegara-negara berkembang, masih banyak permasalahan yang dihadapi terutama sektor pertanian, terutama masalah kemiskinan, rendahnya produktivitas, rendahnya SDM, masih lemahya posisi tawar petani, ketidakadaannya kelembagaan yang mendukung usaha tani pelaku pertanian, dan masih kurangnya atau lemahnya sistem pasar komoditi produk pertanian, dan kurang diserapnya hasil komodit dengan baik akibat infrastruktur yang masih kurang memadai.

Permasalahan ini tentunya, menjadi kendala sekaligus tantangan yang harus dihadapi oleh pengambil kebijakan. Sehingga dengan demikian diharapkan nantinya sektor pertanian mampu menjadi penggerak perekonomian di pedesaan dan negara.

Pertanian/Agribisnis di Negara Maju

Fenomena mengapa suatu negara dapat memenangkan persaingan sedangkan negara lain tidak, merupakan pertanyaan terus yang mengemuka sepanjang sejarah pembangunan dan perdagangan internasional. Banyak pendapat yang diajukan oleh pakar terutama dalam bidang ekonomi dan bisnis internasional, tetapi tidak satupun yang mampu menjelaskan kemampuan daya saing suatu negara secara komprehensif,

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, bahkan Malaysia dan Thailand yang secara tradisional menguasai agribisnis internasional, dimasa yang akan datang akan menguasai sektor agroindustri, walaupun disatu sisi akan menghadapi permasalahan yakni kesulitan untuk mengembangkan agribisnis, karena kesulitan dalam hal lahan pertanian. Berbeda dengan masa sebelumnya, dewasa ini dan masa yang akan datang, preferensi konsumen produk agribisnis yang kita hadapi sangat berbeda dan sedang mengalami perubahaan secara fundamental.

Negara-negara maju, dari masa yang lalu sudah melihat bagaimana potensi pertanian dalam perekonomian mereka. Keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan mendayagunakan keunggulan komparatif yang dimiliki mulai dari hulu sampai hilir, dalam menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan preferensi konsumen. Artinya, pendayagunaan keunggulan sisi penawaran ditujukan untuk memenuhi keinginan konsumen. Kemampuan untuk menyediakan produk yang berkembang, sangat menentukan keunggulan bersaing di pasar internasional. Negara-negara agribisnis, seperti Australia dan selandia Baru, mampu bersaing di pasar interansional disebabkan kemampuan negara tersebut dalam menjual apa yang diinginkan konsumen bukan menjual apa yang dihasilkan.

Sejarah perekonomian dunia sebenarnya telah memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa tidak ada negara besar di dunia ini yang kuat tanpa di dukung oleh pertanian yang tangguh. Kenyataaan menunjukkan bahwasanya negara-negara di Eropa Timur dan Uni Soviet pada akhirya harus menerima terjadinya disintegrasi karena lemahnya daya dukung sektor pertanian, negara-negara di kawasan afrika juga mengalami kesulitan dalam membangun bangsanya, hanya karena sektor pertanian tidak dapat mendukung ketahanan pangan sebagai landasan pembangunan.

Bagi Indonesia, dimana sumberdaya alam merupakan keunggulan komparatifnya, maka sudah sepantasnya jika pembangunan nasional didasarkan pada pengelolaan sumberdaya alam tersebut. Pertanian merupakan salah satu sumberdaya alam dimana Indonesia mempunyai keunggulan komparatif, disamping itu bagian terbesar penduduk Indonesia juga hidup dan bermata pencaharian di sektor tersebut, fenomena kemiskinan juga banyak terjadi di sektor pertanian. Dengan demikian apabila sektor pertanian dijadikan landasan bagi pembangunan nasional dimana sektor-sektor lain menunjang sepenuhnya, sebagian besar masalah yang dihadapi oleh masyarakat akan dapat terpecahkan.

Disamping itu orientasi pembangunan pertanian juga perlu disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi, apabila pada waktu yang lalu lebih banyak berorientsai pada pengembangan komoditas, maka kini harus lebih berorientasi pada petani. Namun demikian harus sepenuhnyadi sadari bahwa dalam menyusun kebijaksanaan pembangunan pertanian hanya memperhatikan potensi sumberdaya alam dan kepentingan produsen semata-mata, melainkan juga pengaruh dari perdagangan dunia dan kebijaksanaan pembangunan pertanian di negara mitra dagang.

Pandangan dari Partai Politik juga tidak jauh berbeda dengan pandangan dari pemerintah maupun para pengamat ekonomi, Imam Churmen (1999) dari PKB menyatakan bahwa diperlukan komitmen dari semua pihak untuk menempatkan sektor pertanian sebagai sektor prioritas pembangunan yang dicerminkan dalam anggaran pemerintah.

Sebagai contoh kasus bagaimana pembangunan pertanian dan kebijakannya di Negara Maju, dapat kita perhatikan dalam negara Amerika serikat berikut. Sejak tahun 2002, pemerintah AS memberikan subsidi sebesar US $ 19 milliar per tahun kepada petaninya, atau sekitar dua kali dari dana yang dicadangkan untuk bantuan interansionalnya. Dalam hal beras, misalnya AS telah mencadangkan sekitar US$ 100 ribu subsidi per petani yang diberikan kepada siapapun yang mau mengganti tanamannya dengan padi. Negara bagian di pantai barat seperti California dan Washington, dan negara bagian di tenggara seperti Lousiana, South dan North Carolina memang sedang antusias mengembangkan agribisnis padi sawah. Target besar untuk menjadi produsen nomor dua beras dunia, dapat menjadi kenyataan, terutama ketika perundingan dan persaingan tingkat dunia dengan negara-negara Eropa Barat dalam hal gandum sering mengalami kendala besar. Wallahu’alam!.

  • Share/Bookmark
Share